Susur Goa (caving)

I. Etika dalam Penelusuran Gua

Kode Etik Penelusuran Gua
- Tidak Mengambil sesuatu, kecuali mengambil foto
- Tidak Meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak kaki
- Tidak Membununh sesuatu, kecuali membunuh waktu

- Kode etik ini pertama kali dicetuskan oleh National Speleological Society (Amerika Serikat). Karena mudah dipahami setiap penelusuran gua, maka kode etik ini diterima secara internasional dan menjadi pegangan bagi semua penelusuran gua.
- Setiap penelusuran gua dilarang mengeluarkan atau memindahkan sesuatu dari bahan gua tanpa tujuan jelas. Bila dilakukan untuk tujuan ilmiah maka tindakan itu harus selektif dan dilaksanakan oleh yang berwenang.
- Kegiatan penelusuran gua WAJIB dilaksanakan secara tertib, hati-hati dan penuh pengertian, hindarilah penelusuran gua belantara, yang belum dikelola untuk kunjungan umum, secara masal.
- Kegiatan menelusuri gua, bail dari segi olahraga, petualangan maupun ilmiah, bukanlah hal yang perlu dipertontonkan dan tidak perlu penonton.
- penelusur gua WAJIB bertindak wajar. Tidak melampaui batas kemampuan fisik maupun teknik dan kesiapan mental dirinya sendiri. Tidak memandang rendah kesanggupan sesama penelusur.
- Senangtiasa menunjukan respek pada penelusuran gua lain dengan cara :
- Tidak mengambil maupun memindahkan alat atau perlengkapan yang sedang digunakan atau ditinggalkan mereka tanpa izin pemiliknya.
- Tidak melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan penelusur gua lain
- Tidak menghasut pihak ketiga untuk menghalangi penelusuran gua lainnya memasuki gua
- Tidak melakukan duplikasi penelitian yang sedang dilakukan peneliti lain pada gua yang sama.

Tidak melakukan publikasi kepertualangan dalam media dengan tujuan memamerkan diri atau kelompok dan menyebut nama serta lokasi gua, karena hal itu senantiasa mengundang para vandalis dan petualang lainnya yang tidak atau belum memiliki KODE ETIK dan MORAL penelusuran gua, untuk mengunjungi gua tersebut.
Secara internasional butir Kode Etik dipegang teguh. Bila sesuatu lokasi gua belantara dipublikasikan dalam media massa, diimbuhi dengan deskripsi keindahan, keunikan atau “tantangan” gua tersebut, maka berita demikian senantiasa menjadi daya tarik bagi petualang lain. Yang belum tentu memiliki ketrampilan yang memadai dan etika konservasi lingkungan alam bawah tanah.akibatnya ialah rusaknya gua tersebut atau muzibah yang dialami oleh penelusur yang belum siap mental, fisik dan teknis. Publikasi untuk umum dalam media massa boleh dilakukan, asal proporsional. Tidak dilebih-lebihkan, dan pakailah nama maupun lokasi fiktif gua. Yang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin penelusuran gua.
Bila dibutuhkan surat rekomendasi untuk mendapat izin penelusuran suatu gua, maka penerima rekomendasi dan izin wajib membuat laporan selekasnya, yang diserahkan kepada pihak-pihak tersebut.

KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA

- Senantiasa  memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan
- senantiasa menyadari, bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan hak, tetapi wajib dianggap sebagai anugrah, rahmat, karunia dan berkah (privilege)
- Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua: koservasi (pencagaran) gua dan lingkungannya. Karena wajib menjaga kebersihan gua dan lingkungannya.
- Wajib memberikan pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada penelusur gua dari rombongan lain yang membutuhkannya.
- Bertindak sopan dan tidak mengganggu ketentraman penduduk didekat lokasi system perguaan. Tidak boleh menyinggung perasaan mereka.
-Mengikuti secara patuh dan seksama prosedur perizinan yang dipersyaratkan dan memberi laporan kepada pemberi izin.
- Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian-bagian yang berbahaya dalam gua tertenu.
- Bila mengalami suatu muzibah, maka hal itu tidak boleh dirahasiakan. Wajib dilaporkan kepada penduduk dan pemerintahan daerah setempat, kepada pengawas dan pengelola wilayah tersebut dan semua penggiat penelusuran gua yang dikenal, untuk disebarluaskan, agar jangan sampai muzibah tersebut terulang kembali.
- Bila ada rencana menelusuri gua, WAJIB memberitahukan kepada keluarga, rekan atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat data sebagai berikut:
1. Maksud dan Tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana waktu keluar, daftar nama penelusur lengkap alamat dan nomor telepon.
2. Bila sampai terjadi musibah, atau belum keluar pada waktu yang sudah ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa.
3. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin penelusuran gua yang kopeten, berwibawa dan sudah berpengalaman. Khususnya dalam menentukan kesiapan mental, fisik dan derajat keterampilan penelusuran gua, yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua.
- Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum memasuki gua: peta geologi, peta topografi, keadaan iklim, khussusnya curah hujan, peta-petagua yang ada, literatur terkait, menghubungi narasumber, mengumpulkan dan menganalisa informasi penduduk setempat atau juru kunci perihal gua tersebut.
- Wajib mempersiapkan diri secara fisik, mental dan ketrampilan menggunakan semua alat tau perlengkapan yang harus tersedia secara lengkap, sesuai kebutuhan.

II. Sejarah Penulusuran Gua

Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).Sehingga dapat diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya.

@Menurut IUS (International Union Of Speleology), yang berkedudukan di Wina Austria : "Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang"
@Menurut R.K.T.Ko (Robby KT.Ko) Spelegiawan: “Setiap lubang dibawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui sistem percelhan, rekahan atau aliran sungai yang kadang membentuk suatu lintasan aliran sungai bawah tanah”

Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu sangat stabilnya suhu udara yang ada. Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia adalah seorang ahli tambang dan geologi amatir. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua adalah Baron Johan Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman.
Untuk wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Prancis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di Yugoslavia . Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. baik sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk.

Dalam penelusuran gua sangat ditekankan suatu etika yang harus dipegang teguh oleh para penelusur dan hal ini sudah menjadi motto NSS (National Speleological Society).
Etika tersebut yaitu

Take Nothing But Picture (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto)
Leave Nothing But Footprints (Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki)
Kill Nothing But Time (Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu)

- Perkembangan Speleologi di Indonesia
Di indonesia speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih sedikitnya ahli-ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi. Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama “SPECAVINA” yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan ROBBY KT Ko
Namun karena adanya perbedaan perinsip dari keduanya maka terpecah, dan mereka masing-masing mendirikan perhimpunan:
- Norman Edwin (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”
- Robby KT. Ko mendirikan Hikespi pada tahun 1983
Pada tahun tersebut bermunculan klub-klub speleologi seperti ASC yang berdiri pada tanggal 1 januari 1984, SSS-Surabaya, DSC-Bali, SCALA-Malang, dll.

III. Bahaya Penelusuran Gua

1. Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap.
2. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua.
3. Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi.
4. Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek.
5. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang.
6. Bahaya lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC). namun umumnya hewan gua tidak mengganggu.
7. Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
8. Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutin.
9. Bahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.

- Pencegahan Bahaya
1. Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.
2. Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
3. Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
4. Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
5. Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa dapat ditawar lagi.
6. Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
7. Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan.
8. Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka

IV. Tipe dan Teknik Penelusuran Gua

Berdasarkan bentuk fisiknya, gua secara umum dibagi menjadi dua tipe, Horizontal/mendatar dan vertikal (menyerupai sumur, luweng). Adapun metode penelusuran gua adalah:
A. Penelusuran Gua Horizontal
Gua horizontal dapat disusuri secara langsung tanpa peralatan yang sekompleks penelusuran gua vertikal. Melihat dari bentukannya, gua ini hanya membutuhkan peralatan dasar untuk menelusurinya. Tali dan harness dapat digunakan untuk menghubungkan antar penelusur dan keamanan proses penelusuran. Medan pada gua horisontal sangat bervariasi, mulai pada lorong-lorong yang dapat dengan mudah di telusuri, sampai lorong yang membutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
a. Lumpur
Lorong yang berlumpur dapat dengan mudah kalau lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Tapi dalam kondisi lumpur setinggi lutut bahkan sampai setinggi perut, kita tidak mudah untuk melaluinya. Untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang. Dengan posisi seperti ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
b. Air
Untuk kondisi lorong gua yang berair. terutama gua yang belum pernah di masuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi di bawah permukaan air, untuk itu kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas pendukung. Syarat utama untuk melewati lorong yang berair adalah harus bisa berenang. Tetapi dengan kondisi lorong yang serba terbatas, teknik berenang dalam gua berbeda dengan berenang di kolam renang. Di sini kita memakai pakaian lengkap, sepatu bahkan mungkin membawa beban yang cukup berat. Pembagian team juga harus di sesuaikan, untuk leader ia tidak boleh membawa beban berat, karena leader harus membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan. Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung, perahu karet terutama untuk lorong yang panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong yang hampir semua di penuhi oleh air hanya ada ruangan sedikit yang tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan DUCKING ( kepala menengadah). Kadang-kadang kita harus melepas helm untuk menambah ruang gerak kepala. Dalam kondisi tertentu kita melakukan ducking dengan jongkok, bahkan dengan berbaring kalau badan tidak dapat masuk seluruhnya.
1) Diving
Adalah teknik penyelaman dengan alat bantu pernafasan dan pakaian khusus. Teknik ini di lakukan pada lorong yang seluruh bagiannya tertutup oleh air (sump, siphon). Untuk perbandingan resiko kematian di cave diving adalah 60% tewas. Sedang resiko caving 15 %. Dengan melihat perbandingan resiko kematian yang besar ini kita di tuntut untuk ekstra hati-hati, seyogyanya tidak meneruskan penelusuran jika tanpa alat pendukung yang standart.
2) Climbing
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai adanya water fall ataupun lorong yang terletak di atas kita. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita harus menggunakan teknik-teknik Rock Climbing. Seperti memasang pengaman sisip dan bor tebing untuk pembuatan lintasan, yang melakukan adalah leader dan kemudian anggota yang lain melewatinya dengan SRT. Teknik rock climbing harus bisa di lakukan pada kondisi medan seperti :
a)Aliran air yang deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya.
b)Gua yang berbentuk celah dan menyempit bagian dasarnya
c)Sungai besar atau danau yang dalam.
d)Pemasangan rigging pada waterfall.
e)Menghindari calcite floor atau oolith floor.

B. Penelusuran Gua Vertikal

Menggunakan teknik Single Rope Technique (SRT) atau Teknik satu tali. Dengan menggunakan hanya seutas tali dan perlengkapan legkap seperti yang digunakan pada panjat tebing seperti Sit Harnes (dada), tali pengaman dada, Harnes duduk, tali pengaman/tambatan pinggang, Hand Jammer, alat menaiki tali, Decender, alat untuk menuruni tali, dan Webbing, tali pita diperlukan dalam penelusuran gua tipe ini. Tali yang digunakan kebanyakan yang bersifat elastis seperti kernmantle dan bukan tali statis. Ini melihat bahaya ketika penelusur terlepas dari pegangannya dan tergantung di tali.

V. Organisasi di Indonesia yang bergerak dalam bidang Caving

- HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia)
- ISS (Indonesia Speleological Society)

Komentar